Minggu, 19 Juni 2016

CONTOH PROPOSAL KEGIATAN ZAKAT FITRAH TAHUN 1437 H/ 2016 M

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
                                                 
Dibawah ini akan kami sajikan  contoh PROPOSAL KEGIATAN ZAKAT FITRAH TAHUN 1437H/ 2016 M Untuk Sekolah yang akan melaksanakan kegiatan tersebut, disamping sebagai program kegiatan tahunan juga sebagai pembelajaran bagi siswa siswa agar diajarkan kepedulian antar sesama,

PROPOSAL KEGIATAN ZAKAT FITRAH
TAHUN 1437 H/ 2016 M
SD......
A. PENDAHULUAN
         Alhamdulillah,segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan Rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada tauladan kita, Rosulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan hidup beliau.
         Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat  manusia
         Begitu pentingnya Zakat, karena Zakat tak hanya merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam tapi juga mengandung banyak hikmah. Diantara hikmah Zakat adalah melatih kita dan anak didik kita untuk Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk, mengungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan, dan membentuk sikap disiplin waktu.
         Dari paparan diatas, Kami  bermaksud mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan yang tersusun dalam Kegiatan Zakat.

B. DASAR PEMIKIRAN
 1. QS (Al-Baqarah:43) ("Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta      orang-orang yang ruku'".)
2. Program tahunan ......................
3. Hasil Rapat selasa  tanggal, 3 Januari 2016

C. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan dari Zakat Fitrah di selengarakan oleh .................  ini antara lain:
1. Melaksanakan perintah Allah (Zakat).
2. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT
3. Meningkatkan kedisiplinan dan budi pekerti/akhlak yang luhur dan mulia
4. Menyemarakan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah.
5. Menggugah hati kita untuk selalu bertaqarub kepada Allah Swt dengan dzikir.
6. Melatih siswa – siswi untuk berbagi sesama melalui  Program  Zakat Fitrah.  

D.          BENTUK KEGIATAN
Adapun bentuk kegiatan pada acara kegiatan Zakat Fitrah ini ntara lain:
     1.  Penerimaan dan Pembagian Zakat Fitrah

E.           WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan Zakat Fitrah ini dimulai  pada:
Hari/Tanggal      : Senin  27 Juni  s/d Sabtu 2 Juli  2016  M
Pukul                  : 07.00 WITA  s/d Selesai
Tempat               :  SD......

F. PESERTA
         Peserta Pondok Ramadhan dan Zakat Fitrah diikuti oleh Siswa – Siswi dan Dewan Guru

G. SUSUNAN PANITIA (terlampir)

H. AGENDA ACARA (terlampir)

 I.  ESTIMASI BIAYA ( terlampir)
     
      J.  PENUTUP
 Demikianlah Proposal ini Kami buat dan disampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, Semoga apa yang kita niatkan dan direncanakan ini mendapat berkah dan Ridho dari Allah SWT. Amin.
 demikianlah contoh proposal kegiatan zakat fitrah semoga dapat bermanfaat bagi kita khususnya sekolah yang akan melaksanakan kegiatan zakat fitrah. 
Wassalam

Sabtu, 18 Juni 2016

CIRI CIRI ORANG BERTAQWA SEBAGAI ESSENSI BERPUASA MENURUT AL - QUR'AN

ASSALAMUALAIKUM  WARAHMATULLAHI WABARAKATUH.

                                                             https://diazpermana.files.wordpress.com/2015/06/249840249_c636b63d97_b.jpg
ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orang-orang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib “Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.
Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan.
ketiga disebut orang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.
Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.
Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.
Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:

A. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’
B. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya
C. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
D. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa. 
semoga  dapat bermanfaat bagi diri kami pribadi dan juga sahabat - sahabat yang sudi membaca artikel kami, dan selamat menunaikan ibadah - ibadah di bulan Ramadhan.
Wassalam



Rabu, 18 Mei 2016

MENGGAPAI KETAQWAAN DIBULAN RAMADHAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hasil gambar untuk ramadhan

Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah menyebutkan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa:
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya,  petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orang-orang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib “Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.
Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan.
Karakteristik ketiga disebut orang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.
Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.
Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.
Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
  1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’
  2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya
  3. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
  4. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
  5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.
Oleh karena itu, marilah kita di bulan Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah. Karena hanya dengan puasa saja tanpa ada usaha kita menuju ke ketaqwaan juga tidak akan bisa. misalnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan Ramadhan ibadah kita kembali seperti semula atau bolong-bolong.
Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
amin amin ya Robbal alamiin.
Wassalam.

Jumat, 13 Mei 2016

HATI DAN 'ISRA MI'RAJ'

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

HATI DAN  'ISRA MI'RAJ'

http://bakoelppob.com/wp-content/uploads/2011/06/10104830isramiraj1.jpgBulan Rajab adalah bulan istimewa. sebuah bulan yang yang memuat banyak makna. Makna-makna itu muncul dari anugerah Allah swt dalam memberikan keistimewaan bagi Rasul tercinta-Nya Muhammad saw. berupa perjalanan spiritual yang kemudian hari dikenal dalam sejarah umat manusia sebagai Isro’ mi’roj.  
Seperti diceritakan bahwa diantara kejadian istimewa yang terjadi pada diri Rasulullah saw sebelum perjalanan mi’roj dimulai adalah pembedahan dan pencucian hati oleh malaikat Jibril dan Mikail as untuk selanjutnya dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan diisinya hati mulia itu dengan hikmah dan iman. Ibarat sebuah adegan dalam film, pembedahan ini pada bagian awal sebelum memasuki inti cerita perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho, utuk selanjutnya diteruskan hingga Shidratil Muntaha.
Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan ? kenapa bukan usus atau ginjal yang mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh? Yang secara biologi lebih kotor dan selalu bersinggungan dengan makanan? Atau alat pencuci anggota tubuh lainnya Dan mengapa pula pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan, kenapa tidak setelah perjalanan usai? Atau di tengah perjalanan?
Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabaila gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah… gumpalan itu adalah hati. (hadits ini disepakati kesahihannya oleh semua ahli hadits) 
Betapa pentingnya posisi hati bagi tubuh dan diri manusia. Betapa hati menjadi satu-satunya perkara yang menentukan tubuh dan diri manusia. Karena sebuah pribahasa Arab mengatakan

‘’Hati bagaikan raja, dan balatentaranya adalah amggota tubuh manusia. Jikalau baik sang hati, maka baiklah ra’yatnya. Namun jika rusak sang hati rusaklah segalanya’’

Dengan demikian, apa yang terjadi pada diri Rasulullah saw adalah simbol bagi umatnya, bahwa hati adalah perkara yang paling penting untuk dirawat mengalahkan berbagai anggota lainnya. Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih penting dari pada merias wajah, dari pada bersolek tubuh, bahkan lebih penting dari pada mengasah otak.

Inilah yang sering kita lupakan. Hati tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini. Sejak lama kedudukannya telah digantikan oleh otak yang mengandalkan logika dan rasio. Padahal berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Karena itu tidak salah apa yang diungkapka oleh al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin

Mintalah petunjuk pada hati (kecil) mu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu.     

Maka jikalau hendak memutuskan sebuah keadilan maka pertama kali bertanyalah kepada hati kecil, jangan bertanya dulu kepada bukti yang ada di TKP. Karena semua itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika. Jika hati membawa kita kepada kebaikan universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan parsial, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.


Jika demikian adanya, jika Rasulullah saw adalah seorang yang ma’shum terjaga dari salah dan dosa, walaupun tanpa dibedah dan dicuci hatinya oleh malaikat. Bagaimanakah dengan kita? bagaimana merawat hati kita dan menghiasinya agar tetap jernih dan mampu menjadi pelita bagi diri dan tubuh ini?

Agar selalu terawat hindarkanlah hati kita dari empat perkara;  riya’, ujub, takabbur, serta hasad.

Riya’ adalah pamer, Riya menurut imam al-Ghazali adalah, mencari kedudukan di hati manusia dengan cara melakukan ibadah dan amal. Dengan kata lain riya’ selalu saja mengajak manusia untuk mencari modus dalam setiap kelakuan dan amalnya.

 Kedua ‘ujub Menurut imam al-Ghazali ujub adalah sifat merasa diri serba berkecukupan dan berbangga hati atas nikmat yang ada, dan lupa jika kelak akan sirna, ujub merupakan induk dari sifat takabbur, bedanya jika takabbur berdampak pada pihak yang ditakabburi, kalau ujub terbatas pada dirinya sendiri.  Sabda Rosulullah saw
ujub itu bisa memakan amal amal baik sebagaimana api makan kayu bakar” (al-hadist)
Ketiga adalah takabbur adalah merasa dirinya lebih sempurna dari yang lainnya, Kesombongan adalah kemaksiatan yang pertama dilakukan oleh makhlukNya (iblis) terhadap Allah swt
Firman Allah swt
Turunlah engkau dari surga karena engkau menyombongkan diri didalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk orang orang yang hina” (Al-A’raf:13)
Keempat adalah hasad atau dengki. Untuk menjelaskan hal ini cukuplah petikan seorang sufi dalam kitab Risalah Qusyairiyah “orang dengki adalah orang yang tak beriman sebab dia tidak merasa puas dengan takdir Allah”sementara ulama yang lain berpendapat orang yang dengki adalah orang yang selalu ingkar karena tidak rela orang lain mendapatkan kenikmatan. Indikasi dari sifat dengki adalah menipu apabila dihadapan orang lain, mengumpat apabila orang lain itu pergi, dan mencaci maki apabila musuh tak kujung tiba pada orang itu”
Lantas bagaimana cara menghiasai hati? al-Ghazali berpesan dalam kitab mizanul amal, bahwa hendaknya hati dihias dengan empat induk kesalehan, yakni hikmah, kesederhanaan (‘iffah), keberanian (syaja’ah) dan keadilan (‘adalah). Beliau menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah kesabaran dan keberanian (syaja’ah) yang sempurna. Kesempurnaan ‘iffah terlihat dengan kemauan untuk tetap memberi pada orang yang terus berbuat kikir terhadapnya. Sedangkan kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah memutuskan tali persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna.
Demikianlah semoga kita semua dapat menarik hikmah dari bulan rojab ini. Mengapa Allah memerintahkan Malaikat Jibril dan Mikali membedah dada dan mencuci hati Rasulullah? Bukan karena di hati Rasulullah terdapat kotoran, bukan. Karena beliau adalah ma’shum. Namun semua itu adalah perlambang bagi kita selaku umatnya. Bahwa membersihkan, merawat dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus didahulukan dari lainnya. seperti halnya Allah swt mendahulukan pembedahan dan pencucian hari Rasulullah sebelum melakukan perjalanan Isro’ mi’roj.amin amin ya robbal alamiin.

Wassalam